***
Aku pikir pesan terakhir yang aku kirim adalah jawaban yang tepat yang dapat membuat Alice paham dan berhenti menghubungiku. Dugaanku salah, dia masih saja terus-terusan menghubungiku lewat pesan singkat atau pun panggilan telepon. Seolah-olah aku adalah orang yang tepat untuk mendengarkan segala curahan hatinya. Pesannya benar-benar mengganggu kenyamananku, mengganggu konsentrasi belajarku. Bagaimana tidak, semua pesannya yang masuk seolah mengharap empati dariku. "Put, aku sudah tidak kuat", "sudah tidak tahan, ingin rasanya bunuh diri", "kuliahku sudah sangat hancur", "tega dia menghancurkan masa depanku", macam-macam pesan singkat yang dikirimnya kepadaku.
Tidak berhenti sampai disitu, sangat sering dia mencoba terus-terusan meneleponku. Moodku pun beda-beda dalam menanggapi tingkahnya, terkadang aku kesal terkadang empati ku pun muncul. Ada sedikit rasa iba dan khawatir juga ketika dia mengatakan ingin bunuh diri saja. Namun, pertanyaan baru muncul dibenakku, ada masalah apa dia dengan mantanku, kenapa dia membiarkan hati, perasaan dan masa depannyanya hancur. Kenapa harus sebodoh itu, bukankah tinggal pergi saja. Tiba-tiba aku menjadi tertarik untuk ingin tahu lebih jauh tentang kisah cinta mereka. Ada apa sesungguhnya? pikirku.
"Alice, ceritakan padaku,apa sebetulnya yang terjadi"? Kenapa harus memaksaku untuk kembali, jika dia memang dia tidak mencintaimu, kenapa kamu tidak memilih pergi saja?". tanyaku penuh selidik. Namun, sialan, lagi lagi dia hanya menangis dan kembali dengan jawaban yang sama "sulit bagiku untuk menjelaskannya Put". Geram juga aku mendengar jawabannya. Karena bagiku, sikap dan airmatanya terlalu berlebihan. Apakah dia memang se melankolis itu?.
"Kenapa begitu sulit untuk pergi, apa ketergantunganmu dengannya, apakah kamu sudah tidak perawan lagi, dan dia yang merebutnya?? tanyaku mulai geram. "Iya put", katanya sambil menangis lebih keras. "Lalu apa yang terjadi sekarang" tanyaku lebih detail lagi. "Dia sekarang meninggalkanku, dan pergi bersama wanita lain, dia telah menghancurkan masa depanku" jawabnya sambil menangis. Aku benar-benar tidak habis pikir mendengar ini semua. "Kenapa bisa dalam waktu sesingkat itu, kamu berikan semunya Is, sedangkan aku bertahun-tahun dengannya, tidak pernah dia menyentuhku, aku tahu persis dia satu-satunya laki-laki dirumahnya, adiknya perempuan semua, dia sangat menghargai perempuan, kenapa denganmu ini bisa terjadi"?.
Aku seperti benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Pikiranku juga jadi kemana-mana. Aku memang memilih meninggalkannya, tapi bukan karena dia selingkuh atau pemain wanita, namun karena sesuatu hal yang lain. Tapi kenapa dalam waktu yang singkat ini terjadi antara dia dan Alice?. Siapa yang salah?. Alice yang terlalu gampangan atau memang dia sudah berubah menjadi penjahat wanita. Aku ingat kata-kata terakhirnya saat aku memutuskan berpisah dengannya "percuma aku menjagamu, jika pada akhirnya kamu tidak menjadi milikku". Mungkinkah karena itu?
Alice menangis dan malanjutkan ceritanya "kembalilah padanya, aku benar-benar tidak rela perempuan itu merebutnya dariku" katanya. Aku hanya terdiam, dan memilih mengakhiri pembicaraan dihari itu.
Sejujurnya, setelah aku memutuskan hubungan dengannya, aku benar-benar sudah tidak peduli lagi. Terakhir dia datang tengah malam kerumahku, menemuiku di jalan depan rumah, dia memaksaku untuk kembali, dan mengancam jika aku tidak mau balikan, dia tidak akan pergi dan biar saja satu kampung tahu, ucapnya. Aku hanya mengiya-iyakan dia saja malam itu, biar dia segera pulang. Tapi setelahnya aku menghindar dan menghilang. Ku tutup semua akses untuknya, termasuk teman-temanku, juga aku minta untuk tidak memberi informasi apapun tentangku. Untuk beberapa waktu, aku mengubah-ubah tempat tinggalku, agar dia tidak mudah menemukanku.
Sejak saat itu aku benar-benar tidak peduli dan tidak tahu lagi tentangnya hingga perempuan ini tiba-tiba menghubungiku. Hari ini aku ingin tahu apa sebetulnya yang sedang terjadi. Aku memutuskan membeli kartu baru dan mencoba menghubungi salah seorang temannya. Aku ingin mendengar mendapat keterangan lebih lanjut terkait apa yang telah aku dengar dari Alice.
Akhirnya aku mendapat informasi bahwa memang mantanku sudah punya kekasih lagi dan meninggalkan Alice. Alice benar-benar tidak menerima dan pernah beberapa kali menemui kekasih barunya ini hingga terjadi perkelahian fisik. Alice juga pernah beberapa kali mengancam bunuh diri namun mantanku mengabaikannya. Alice juga pernah memukul menghancurkan cermin-cermin disalonnya hingga tangannya berdarah-darah. Sedikit gila juga perempuan ini ternyata pikirku.
Namun, hal positif yang ku dengar tentang Alice adalah dia adalah seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang aktif dan berprestasi. Dia sudah lancar berbahasa Inggris dan bersama temannya pernah memenangkan dana hibah kopertis senilai 50 juta terkait proposal wira usahanya. Dengan uang tersebut dia membuka salon kecantikan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari dana yang dia terima. Dia menjalin kerjasama dengan adik mantanku yang memang punya latar belakang lulusan Tata Kecantikan Kulit dan Rambut.
Akupun mencoba merenungi kejadian ini. Namun, hasil perenunganku membuatku kesal dengan Alice. Aku menyimpulkan Alice mencoba membodohiku dengan drama air matanya. Dia mencoba menciptakan situasi seolah-olah dia berusaha menyatukan kekasihnya kembali denganku, sebagai bentuk rasa cintanya. Karena dia paham betul bahwa yang dicintai mantanku, hanya aku. Skenario itu yang dia coba hadirkan kepadaku.
Padahal sebetulnya tidak. Dia mencoba menghubungiku karena usaha nya selalu gagal mengancurkan hubungan mantanku dengan kekasih barunya. Dia mencoba menghadirkanku sebagai orang ketiga untuk menghancurkan hubungan itu. Karena dia yakin ini satu-satunya cara yang pasti berhasil, setelah segala usahanya selalu gagal. Tentunya, Alice akan merasa bahagia jika ini benar-benar terjadi. Dengan demikian, dia dan kekasih baru mantanku sama-sama tidak memiliki. Itu sebetulnya yang sedang dia usahakan.
#Bersambung
Tidak ada komentar: